02 Maret 2012

KALA NURANI LEBIH PENTING DARI PERUT SENDIRI

Seperti tugas biasa, hari ini juga ngirim barang. Kali ini ke nusadua, bersama seorang teman, Dewa Dalem. Perjalanan terasa lama karena macet disertai hujan deras berangin.  Setelah agak lancar, temanku yang memang tidak suka berlemot ria saat naik mobil, langsung tancap gas. Nah, beberapa meter kemudian, dia tiba2 banting setir kekiri dan berhenti dipinggir jalan. Turun dari mobil menuju ke tengah jalan dan memungut selembar uang 50rb (saya berpikir, gila! itu mata apa mikroskop?!). Sambil tersenyum dia kembali naik ke mobil, menunjukkan uang yang ada coretan gambar bebek yang dipungutnya dan melanjutkan perjalanan. Setiba ditempat ngirim, sambil nurunin barang, kedengaran ada seorang bapak2 diwarung sebelah ribut sambil menangis mencari uangnya, yang akan dia pakai membayar beras yang dibelinya. Temanku menghampirinya dan berbicara kepadanya sebentar. Dia terlihat mengembalikan uang yang tadi dipungutnya kepada bapak itu. Kemudian kembali menghampiri dan membantuku menurunkan barang. Saat aku bertanya kenapa dia memberikan uang itu kepada bapak yang tadi, dia menjawab dengan sejelasnya “uang itu miliknya. Sebelum kuserahkan, dia menjelaskan bahwa anaknya yang masih balita, sempat menggambari uang itu sebelum diambil ayahnya dengan gambar bebek.uang itu hasilnya berjualan selama seminggu dan akan dibelikan beras untuk makan keluarganya. Itu satu2nya uang yang dia punya saat ini. Aku mungkin orang yang kekurangan dan butuh duit juga, tapi dia jelas lebih butuh uang itu daripada aku. Jadi kukembalikan.”
Great lesson for me, my friend. .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar