27 Desember 2012

Bali Tidak Butuh Laskar Preman



Hidup bermasyarakat dilingkungan adat bali, sungguh luar biasa. Dalam konteks ini, suatu tatanan yang bernama desa pekraman. Di desa pekraman, terdapat beragam fungsi yang saling terkait, yang membuat kehidupan bermasyarakat tertata dengan baik. Kelihan desa, baik kelihan adat maupun kelihan dinas, berfungsi selaku kepala yang mengatur. Kelian adat mengatur urusan adat, kelihan dinas mengatur soal dinas (pencatatan secara sipil).  Kemudian ada sekaa truna truni sebagai wadah bagi para pemuda pemudi di masing- masing banjar untuk berkreasi dan berekspresi. Berikutnya ada kamdes (keamanan desa)  yang biasanya disebut pecalang, yang sesuai namanya, bertugas menjaga keamanan desa. Dan masih banyak lagi fungsi lainnya seperti contohnya PKK sebagai wadah bagi para ibu. Semuanya berjalan teratur dan dijalankan sesuai awig-awig (aturan) desa tersebut.

Kaitannya dengan perselisihan yang kerap melibatkan ormas, sebenarnya bali tidak terlalu membutuhkan ormas, apalagi yang bersifat laskar premanisme.disinilah letak fungsi desa pekraman. Dalam hubungannya dengan masalah keamanan contohnya, ada pecalang yang bisa menjalankan fungsinya, tentunya dengan kerjasama yang baik juga dengan pihak berwajib. Keamanan desanya merupakan kewajiban pecalang desa tersebut, tidak perlu sampai melibatkan pihak dari luar desa. Dalam hal perselisihan antar desa pun akan lebih mudah diselesaikan, karena pada dasarnya setiap desa mempunyai awig-awig yang harus dijalankan dan dipatuhi, baik oleh desa itu sendiri maupun desa lain. Dan disitu pula biasanya terdapat solusi pemecahan masalah.

Orang bali tidak butuh laskar preman untuk menjaga bali. Saling menghormati dalam konteks desa pekraman sudah cukup menciptakan bali yang damai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar